HMI Dalam Pandangan Seorang Pendeta; Koreksi Intelektual
ilustrasi gambar: google.com
Oleh : MHD. Zakiul Fikri
Banyak kaum pelajar yang menganut Agama Islam, malu mengaku secara terus terang bahwa ia beragama Islam. Dianggapnya Agama Islam itu lebih rendah. Sebaliknya orang Barat serta Agama Kristen jauh lebih tinggi derajatnya. Hal ini terjadi menurut Lafran Pane karena Agama Islam itu belum dipelajari secara mendalam.Buku karya Drs. Agussalim Sitompul ini merupakan koreksi atas buku Himpunan Mahasiswa Islam, Sejarah dan Kedudukannya di Tengah Gerakan-gerakan Muslim Pembaharu di Indonesia, yang diangkat dari disertasi Victor Tanja.
Sejak tahun 1970, HMI
telah dijadikan sebagai obyek studi oleh para mahasiswa. Dari penelitian yang
diadakan, diakhri dengan menyusun karya ilmiah dalam bentuk skripi atau tesis,
dibawa ke forum ujian, sehingga memperoleh kesarjanaan. Buku sejarah perjuangan
HMI telah banyak mengundang perhatian di kalangan intern HMI sendiri maupun di
luar HMI. Jika hendak memahami dan mempelajari pembaharuan yang dicanangkan
HMI, secara murni dan mendasar, tidak boleh tidak melihat kepada ide dasar yang
telah diletakkan oleh pemrakarsa pendiri HMI Lafran Pane tahun 1947. Ide dasar
pembaharuan yang dirintis dan diperjuangkan HMI sejak berdiri hingga sekarang
meliputi lima aspek. Pertama aspek ke-agamaan, kedua aspek kebudayaan, ketiga
aspek politik, keempat aspek pendidikan, dan kelima aspek ekonomi.
Banyak kaum pelajar
yang menganut Agama Islam, malu mengaku secara terus terang bahwa ia beragama
Islam. Dianggapnya Agama Islam itu lebih rendah. Sebaliknya orang Barat serta
Agama Kristen jauh lebih tinggi derajatnya. Hal ini terjadi menurut Lafran Pane
karena Agama Islam itu belum dipelajari secara mendalam. Padahal menurut
Al-qur’an dan penyelidikan, bukan Agama Islam itu yang kolot, tetapi
penganutnyalah yang kolot. Hakekat Agama Islam itu tidak dapat diterapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Agam Islam itu dapat memenuhi keperluan-keperluan
manusia di semua waktu dan tempat, artinya mampu menyelaraskan diri dengan
keadaan dan keperluan masyarakat di manapun juga.
Melihat kondisi umat
Islam yang demikian, menurut pemuda Lafran Pane, menyadari perlunya melakukan suatu
pembaharuan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan, agar umat Islam terbebas
dari situasi dan keadaan serta iklim yang tidak menguntungkan. Tindakan
melakukan gerakan pembaharuan, mutlak memerlukan alat perjuangan berupa
organisasi. Dari latar belakang ini, timbullah ide untuk mendirikan suatu
organisasi sebagai alat perjuangan, guna mewujudkan cita-cita luhur. Atas
prakarsa Lafran Pane, di Yogyakarta pada tanggal 5 Februari 1947 didirikanlah Himpunan Mahasiswa Islam, disingkat HMI.
Untuk pertama kalinya tujuan HMI dirumuskan, yang terdiri dari dua tujuan,
yaitu: Pertama, Mempertahankan Negara
Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Kedua, Menegakkan
dan mengembangkan ajaran Islam.
Tujuan pertama mengandung
tiga aspek pembaharuan yang meliputi aspek politik, ekonomi dan pendidikan.
Tujuan kedua mengandung dua aspek pembaharuan, terdiri dari aspek agama dan
kebudayaan. Inilah ide dasar yang telah diletakkan oleh Lafran Pane, sebagai
pemrakarsa berdirinya HMI, untuk mengadakan pembaharuan kehidupan di kalangan
umat Islam Indonesia, sehingga umat Islam terbebas dari serba keterbelakangan,
kebodohan dan kemiskinan. Drs, Agussalim Sitompul menyebutkan bahwa latar
belakang berdirinya HMI yang pokok ialah karena waktu sebelum HMI berdiri dunia
perguruan tinggi dan kemahasiswaan dipengaruhi unsur-unrus dan sistem
pendidikan Barat yang mengarah kepada sekulerisme.
Kegiatan perkaderan HMI
ibarat sekolah tempat mengembangkan kwalitas anggota, membina dan meningkatkan
kemauan dan kemampuannya agar tercapai tujuannya. Berarti kegiatan HMI
merupakan pendidikan kader, dengan
sasaran anggota-anggota HMI dalam tiga hal. Pertama,
watak dan kepribadiannya, Kedua,
kemampuan ilmiah, Ketiga,
keterampilannya.
Bertitik tolak dari
tujuan HMI, maka masa menjadi anggota HMI pada hakekatnya merupakan masa
pembinaan dan pembentukan pribadi, sehingga kedudukan mereka sebagai kelompok
masyarakat yang secara akademis maupun sosial berada dalam pase pembentukan. Dengan
arah untuk mencapai tujuannya, yaitu terbinanya Insan yang berkwalitas lima. Diantaranya; pertama Insan akademis, kedua Insan pencipta, ketiga Insan pengabdi, keempat Insan bernafaskan Islam, kelima Insan yang bertanggungjawab.
Suatu organisasi
pembaharu tidak muncul begitu saja, tanpa didukung syarat minimal, sehingga
memungkinkan dirinya dapat merealisir cita-cita pembaharuannya. Syarat pertama, dasar organisasi. Pasal 4
Anggaran Dasar HMI menyebutkan, dasar organisasi ini adalah Islam. Lebih lanjut
dijelaskan dalam rumusan Kepribadian HMI. Rumusan esensi Kepribadian HMI adalah
berdasarkan Muqaddimah Anggaran Dasar HMI, Latar Belakang Sejarah HMI, Dasar
dan Tujuan HMI, Kedudukan HMI Dalam Situasi Sekarang dan Peranan HMI di Masa
Mendatang. Syarat kedua, tujuan
organisasi. Syarat ketiga, usaha. Syarat keempat, sifat. Syarat kelima, perlengkapan organisasi. Syarat keenam, gagasan-gagasan atau ide
yang diperjuangkan dan dilaksanakan di luar program kerja. Syarat ketujuh, respon berupa jawaban yang diberikan langsung oleh
HMI dalam menggapai beberapa masalah yang timbul dalam negeri. Syarat kedelapan, massa media atau
publikasi yang dipergunakan untuk menyebarkan ide-ide organisasi.
Disamping itu, untuk
menyempurnakan perkaderan HMI, ditetapkanlah metode training perkaderan HMI. Penyempurnaan
berikutnya telah dapat dikeluarkan buku pedoman perkaderan HMI.
0 comments