ilustrasi gambar: dokumentasi penulis
Oleh: MHD. Zakiul Fikri
meski ada banyak matahari [baca: cara pandang] di dalam rumah tangga HMI. Cahaya-cahaya mereka tetap mengarahkanku kepada satu puncak, yaitu Yang Maha Cahaya. Itulah ciri khasnya HMI; tauhid-inklusif, satu tujuan berbagai jalan.Jika ada yang merasa bahwa HMI lebih dari sekedar organisasi, tempat singgah sementara, lalu pergi melupakannya. Atau mungkin persepsi yang lebih naif, bahwa HMI lebih dari sekedar tempat membangun jaringan politik. Bila masanya telah berhasil atau pun gagal membangun jaringan, dapatlah ia pergi meninggalkannya. Sekali lagi, jika ada yang merasa HMI lebih dari sekedar kepicikan itu. Maka aku adalah satu dari sekian orang yang punya rasa demikian.
Aku tidak akan
menutupi kenyataan, bahwa lebih dari segelintir orang memasuki rumah tangga HMI
hanya sekedar untuk bermesraan dengan kepentingan-kepentingan naif dan picik di
atas. Meskipun kepicikan itu kadang sukar untuk dielakkan, tapi lagi-lagi
bagiku, HMI lebih jauh dari semua itu. Di HMI aku dipertemukan dengan
orang-orang yang dekatnya, bahkan mungkin, lebih dari sekedar saudara. Di HMI
juga aku ditemukan dengan berbagai guru, berbagai ilmu, dan dari berbagai
aliran. Mereka bagai matahari yang menyinari pori-pori kehidupan di HMI. Sehingga,
kalau hanya untuk belajar, HMI adalah gudang ilmu tiada batas.
Tapi ingat,
meski ada banyak matahari [baca: cara pandang] di dalam rumah tangga HMI. Cahaya-cahaya
mereka tetap mengarahkanku kepada satu puncak, yaitu Yang Maha Cahaya. Itulah ciri
khasnya HMI; tauhid-inklusif, satu tujuan berbagai jalan. Ciri khas yang juga
tergambar dengan jelas dalam Khittah Perjuangannya. Di HMI aku pun ‘didesak’
tidak hanya sekedar belajar, sebab katanya terlalu pragmatis hanya sekedar
menuntut dan menutut. Meskipun konteksnya menuntut ilmu. Tidak, HMI tidak
menerimaku sebatas menuntut saja, tapi ia mendesakku untuk juga memberi. Memberi
dalam sebingkai karya, setidaknya.
Itulah kemudian
yang memotivasiku mengumpulkan serpihan-serpihan tulisanku tentang HMI. Untuk kemudian
didaur ulang menjadi sebuah buku. Dalam perjalanannya, singkat kata,
mengorbitlah buku dengan judul “Di Bawah Naungan Khittah Perjuangan HMI”. Jadi,
aku perjelas lagi, buku ini merupakan
kompilasi dari tulisan-tulisanku yang ditulis dalam rentang waktu 2015, 2016,
hingga 2017. Baik itu tulisan-tulisan mengisi diskusi atau pun sekedar tulisan
lepas di media elektronik, bulletin dan lain sebagainya.
Setidaknya ada
tiga materi pokok yang dibahas dalam buku kecil ini. Pertama, gambaran ‘universalnya’
HMI; baik sebagai organisasi perkaderan (pendidikan) atau pun sebagai
organisasi perjuangan (pengabdian). Pembahasan ini meliputi aspek kesejarahan
secara singkat, nilai dasar, dan arah perjuangan. Kedua, uraian materi yang
berkaitan dengan enam azas dalam Khittah Perjuangan HMI, mulai dari; Keyakinan
Muslim, Wawasan Ilmu, Wawasan Sosial, Kepemimpinan, Etos Perjuangan, hingga
Hari Kemudian. Terakhir, ketiga, dipenghujung pembahasan buku aku mencoba
merangkai kata tentang mengapa memilih menjadi bagian dari HMI. Mungkin dua
pragraf pertama dalam tulisanku ini menjadi bagian dari alasan mengapa memilih
HMI.
Sekian.
0 comments